<a
href="http://lombablogpureit.blogdetik.com/" title="Lomba
Blog #airpureit Berhadiah Utama Rp 10 Juta!" target="_blank"><img
src="http://lombablogpureit.blogdetik.com/files/2012/11/1ed2e73f4adfbbe8830d806aaca153d1_banner-lomba-pureit-300.gif"></a>
Rawa adalah lahan genangan air yang
secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang
terlambat serta mempunyai ciri-ciri khusus serta fisika, kimia, dan diologis.
Wilayah
Papua sekitar 7,97 hektar atau 38,7%-nya merupakan kawasan rawa gambut.
Seperti di kawasan Selatan Papua, yaitu di Kabupaten Mappi, Asmat, Boven
Digoel, dan sebagian di Timika dan Merauke sampai Kokonao, dan juga tersebar
dalam luasan yang tidak begitu besar, di beberapa tempat di Pulau Papua seperti
di Mamberamo dan Waropen.
Masyarakat yang bermukim di daerah rawa yang tersebar
di daratan pulau Papua telah terbiasa mengkonsumsi air rawa. Penulis sendiri
pernah meminum air rawa, terutama di kawasan rawa Abepura, sewaktu kawasan
hutan sagu belum dikonversi menjadi areal perumahan maupun sarana dan prasarana
umum, seperti supermarket, pasar dan perkantoran.
Air rawa rasanya asam dan kalau kita rebus ada zat
kapur yang mengendap, serta agak berbau, apalagi kalau dimasak
menggunakan kayu bakar baunya sangat khas, dan juga berwarna agak kekuningan.
Sebaiknya setelah dimasak airnya ditapis dengan saringan agar zat kapur tidak
terbawa.
Kebanyakan air rawa berwarna disebabkan oleh adanya
zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang telah membusuk,
misalnya asam humus yang larut dalam air sehingga menyebapkan air berwarna
kuning kecoklatan.
Dengan adanya pembusukan kadar zat organik yang cukup
tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi. Dalam keadaan kelarutan
oksigen kurang sekali (anaerob) maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada
permukaan air akan tumbuh algae karena adanya sinar matahari dan O2.
Untuk rawa tergenang seperti kawasan rawa sagu kita
harus mencari titik pengambilan air. Sebaiknya air diambil pada kedalaman
tertentu (ditengah-tengah) untuk menjaga kemungkinan agar endapan Fe dan Mn
serta lumut atau algae yang terdapat pada permukaan tidak terbawa.
Seandainya kita ingin membuat sumur di daerah rawa,
kita harus memperhatikan aspek Hidrogeologi dan struktur tanah, agar kita bisa
mencapai kedalaman dimana terdapat air yang jernih dan layak untuk dikonsumsi.
Sebaiknya air yang diambil dari rawa kita tampung dulu
di bak penampung, supaya kotorannya mengendap dan kita masukan klorin.
Penambahan klorin dimaksudkan agar klor dapat mengoksidasi zat besi, mangan dan
hidrogen sulfida serta dan dapat menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak
pada air dan juga mencegah perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut.
Air minum di rawa tidak tergolong kriteria air minum yang
layak di konsumsi. Adapun persyaratan air minum yang baik adalah sebagai berikut.
A. Persyaratan Air Minum
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya
memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan mikrobiologi.
1. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi
persyaratan fisik sebagai berikut.
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus
jernnih. Air yang berwarna mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan.
b. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur
sama dengan temperatur udara (20 – 28o C). Air yang secara mencolok
mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti mengandung
zat-zat tertentu (misalnya, fenol yang terlarut dalam air cukup banyak). Atau
sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan energi).
c. Rasanya tawar
Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang
terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut
tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam
air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau
bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan disebabkan
oleh adanya butiran butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak
kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan satuan
unit.
f. Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh
mengandung zat patahan, walaupun jernih, air yang mengandung patahan yang
terapung tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila air dididihkan, zat
padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air minum.
2. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila
memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut.
a. pH netral
Derajat keasaman pH air minum harus
netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Contoh air alam yang terasa asam
adalah air gambut. Skala pH diukur dengan pHmeter atau lakmus. Air minum
mempunyai pH 7. Apabila pH dibawah 7 berarti air bersifat asam. Bila di atas 7
artinya air bersifat basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak
mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida dan fenolik.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak
mengandunggaram atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, D, dan Cr.
d. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan
garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat
terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu
seperti NH4, H2S, SO42-, dan NO3.
3. Persyaratan Mikrobiologi
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri
golongan coli, Salmonella typhi, vibrio
chlotera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti
actinomycetes, phytoplankton coliform,
dedocera.
Dari persyaratan air minum di atas dapat disimpulkan
bahwa air rawa tidak tegolong air yang layak untuk dijadikan sumber air minum.
Seriring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Unilever
mempersembahkan Pure It. Pure It adalah alat yang sangat praktis,
tanpa listrik, dan tanpa gas yang dapat membuat air keran menjadi air yang
minum yang sehat dan higienis. Adapun cara kerja Pure It sebagai berikut.
- Tahap
1: Saringan Serat Mikro menghilangkan semua kotoran yang terlihat.
- Tahap
2: Filter Karbon Aktif menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya.
- Tahap
3: Prosesor Pembunuh Kuman menghilangkan bakteri dan virus berbahaya dalam
air.
- Tahap
4: Penjernih menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa yang
alami.
Maka dari itu, Anda berada di
wilayah mana pun, dengan Pure It,
Anda akan memperoleh air minum yang sehat.
Sumber
referensi :
Kusnaedi. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum: Memperoleh Air Bersih dengan
Teknologi Sederhana .Jakarta: PS
http://cloud.papua.go.id/id/kesehatan/info/Pages/Apakah-Air-Rawa-Bisa-Diminum--.aspx
diakses pada tanggal 27 Desember 2012 pukul13.57 WIB
Sjarief
Roestam, dkk. Tata Ruang Air. 2010.
Yogyakarta: CV Andi